Inovasi Human Capital
Inovasi Human Capital |
Cara pandang dunia bisnis terhadap human capital berubah secara drastis. Manusia tidak saja dipandang sebagai tenaga kerja, melainkan sebagai aset berharga. Perusahaan-perusahaan besar senantiasa menempatkan isu human capital di urutan teratas.
Human capital adalah kombinasi berbagai kemampuan dalam memecahkan beragam permasalahan bisnis. Dalam pengertian yang lebih sempit, human capital adalah daya kreativitas dan inovasi.
Human capital berisi pengetahuan-pengetahuan yang tak kasat mata para pegawai. Sebuah perpaduan berbagai kepingan, yaitu pendidikan, pengalaman, karakter, dan warisan genetik. Seberapa berharga nilai human capital seseorang bergantung pada seberapa besar kontribusi capital tadi terhadap hidup ataupun pekerjaannya.
Jika kamu menginginkan kelas Lamborghini, maka nilai human capital kamu jangan sebatas Avanza apalagi Honda Vario. Nanti jalan ceritanya bisa tragis. Seharusnya begini: jika ingin masuk kelas Avanza, nilai human capitalmu harus mencapai Mercy atau Lamborgini.
Kamu perlu melakukan inovasi. Ya, lakukan inovasi human capital-mu agar tidak out of date. Dan kalau berbicara human capital di perusahaan -- suatu hari kamu mungkin duduk sebagai manajer atau direktur --, kamu harus melakukan revolusi human capital karyawan agar menjadi pemimpin di ranah yang kamu bidani.
Pada tahun 1993, Samsung melakukan inovasi human capital kepada seluruh jajaran karyawannya. Kualitas human capital Samsung ditargetkan agar mampu bertempur di ranah global, bukan sekedar raja di Korea. Setelah melakukan inovasi human capital, Samsung tiba-tiba melejit; menyentuh bintang-bintang kesuksesan di langit. Persis seperti namanya: Samsung, yang berarti tiga bintang.
Dan jika kamu bertanya kenapa karir saya tidak nanjak-nanjak? Dari dahulu hingga kini hingga esok nanti (mungkin) tetap berada di tempat yang sama? Jawabannya mungkin saja nilai human capitalmu yang memang masih rendah. Kamu belum bisa berkontribusi untuk perusahaan SE-CA-RA signifikan, atau setidaknya begitu anggapan atasanmu. Maka mau tidak mau kamu perlu harus ada inovasi human capital.
Inovasi Human Capital Untuk Masa Depan Cemerlang
Inovasi human capital melingkup 3 faktor penting yang dirangkai dalam sebuah manajemen, melingkupi:Faktor #1: Learning Agility. Learning agility merujuk pada kelincahan, ketangkasan, kepiawaian, atau kegesitan dalam memaknai suatu pengalaman. Artinya kamu harus meningkatkan kepandaian dalam menarik satu pelajaran dari lembaran pengalaman.
Ingat hasil penelitian ini (Adam Mitchison) bahwa perbedaan mendasar antara orang-orang sukses dengan yang karirnya stagnan terletak pada kemampuan mereka dalam memaknai suatu pengalaman.
Di sepanjang jalur kehidupan, pengalaman demi pengalaman berjatuhan menimpa kita. Pengalaman yang sama bisa menimpa siapapun. Akan tetapi sejauh mana pengalaman itu bermakna bagi seseorang, berbeda antara satu sama lain.
Maka ada yang melewati jalur kehidupan ini dengan limpahan peristiwa dan pengalaman, namun pengalaman itu sama sekali kering dari pembelajaran. Ada pula yang hanya melewati beberapa detik dari peristiwa, namun membawa dampak besar bagi dirinya. Ia dapat menarik pelajaran besar dari peristiwa yang menimpa dirinya.
Meskipun baru melewati garis usia yang pendek, jika seseorang pandai mengambil pelajaran berharga darinya, sungguh garis usianya seolah-olah sudah memanjang. Berbagai pengalaman termampatkan di garis waktunya. Dan dapat disebut sebagai orang yang memiliki Learning Agility tinggi.
Orang-orang semacam ini lebih bijaksana daripada usianya. Memiliki kematangan jiwa juga kedewasaan. Serta kearifan. Bukan seberapa banyak pengalaman yang dilaluinya, namun seberapa banyak pelajaran yang dipetik darinya.
Oleh karenanya, inovasi human capital tidak bisa berkompromi dengan learning agility sebagai salah satu instrumen terbaik melesatkan sumber daya intelektual.
Faktor#2: Innovation Capabilites. Inovasi merupakan ujung tombak dari setiap peperangan di dunia bisnis. Inovasi ibarat pedang, sebagian terluka dan gugur karenanya, sebagian yang lain memenangkan pertempuran dengannya.
Kejatuhan Sony Vaio terasa amat tragis dan penuh luka karena termasuk yang kalah dalam perang inovasi. Sebaliknya membaca cerita Samsung seperti mengunyah makanan cryspy, begitu renyah. Karena memang Samsung sedang memuncaki kompetisi di aras bisnisnya.
Lalu apa yang dimaksud Inovasi jika disandingkan dengan Capabilities? Kim (1997) mendefinisikannya sebagai kemampuan menciptakan pengetahuan baru (new knowlegde) yang berguna berdasarkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Ia merupakan "seperangkat" karakteristik yang mendukung lahirnya strategi inovasi.
Inovasi tidak hanya merujuk pada kejeniusan menciptakan produk-produk baru. Inovasi yang dimaksud di sini meliputi proses, produk, service dan lain sebagainya.
Sedangkan capabilites merujuk pada hal-hal seperti marketing, teknologi, manajerial, atau market linking.
Faktor #3: Talent Optimalization. Nah, yang terakhir adalah talent optimalization. Optimalisasi talenta berada di antara dua kutub: Key Contributor dan System.
Key Contributor dalam talent optimalization adalah lingkungan yang mendukung. Bakat-bakatmu dapat melejit hebat misalnya dengan berkarir di perusahaan-perusahaan bonafid seperti Astra atau Unilever. Kedua perusahaan ini menempa para talent (pegawainya) dengan budaya kerja yang dihiasi learning spirit dan high achievement.
Jadi jika kamu masuk ke dalam budaya mereka tak ubahnya sedang belajar sekaligus meningkatakan kualitas. Tidak sedikit talenta-talenta yang "keluar" dari perusahaan itu lalu mendirikan perusahaan sendiri. Itu!
Mengapa Inovasi Human Capital?
Dalam hamparan kehidupan ini ada hukum besi: jika kita tidak memperkerjakan otak kita, kita akan bekerja dengan otot kita. Kerja otot tidak pernah lebih tinggi daripada kerja-kerja otak. Artinya intelektualitas selalu berada di garda depan bagi setiap kemajuan. Oleh karenanya, inovasi human capital harus masuk ke dalam prioritas, baik pribadi maupun perusahaan.
KATA BIJAK HARI INI
It is better to invest in an A person with a B product than in an A product with a B person. -- George Doriot.
Ikuti Sajian Segar kami di Bloglovin