Alunan nasib menyimpan ribuan misteri. Mustahil bagi seseorang memastikan seperti apa nasibnya ke depan. Di sana tersedia berbagai kemungkinan. Apapun bisa terjadi.
Untungnya kita selalu diberi kesempatan agar dapat mengubah nasib menjadi lebih baik. Perubahan itu, jika memang kita menginginkannya, senantiasa membuka pintu-pintunya. Setiap orang sudah memiliki kuncinya. Dan kuncinya adalah diri kita sendiri.
Kehendak kita-lah yang dapat mengubah nasib buruk menjadi lebih baik. Kehendak dan kemauan kuat itu sama pentingnya dengan kesuksesan yang kita impikan.
Seperti kisah Tri Sumono, anak seorang petani nun jauh di pedalaman kampung di Gunung Kidul. Berangkat dengan tekad bulat untuk sukses, ia melakoni kehidupan miris di Jakarta. Berawal sebagai kuli bangunan, ia menapaki setiap jalan terjal dengan segenap keuletan. Api semangat itu tidak pernah padam. Menggejeloki hatinya selalu. Ia tak mau kembali ke kampung halaman sebelum memagut kesuksesan di tangannya. Sebuah prinsip yang menancapkan tekad untuk bekerja keras.
Nasib-pun terus mengalun. Tri Sumono mendapat tawaran sebagai tukang sapu di Toko Gramedia. Ia pun langsung menyabet kesempatan itu. Pikirnya, pekerjaan tukang sapu tak sekeras kuli bangunan.
Tak lama setelah itu, ia diangkat menjadi office boy. Posisi yang lebih bermartabat dari sekedar tukang sapu. Ia begitu rikat dan cekatan. Pekerjaannya selalu lebih cepat daripada dugaan orang. Berkat kinerjanya yang baik, iapun diangkat di bagian marketing.
Kisahnya berhenti sampai di sini seandainya ia tidak pernah mencoba mencari penghasilan tambahan. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi, ia dan istrinya mencoba peruntungan lain.
Hanya dengan 100 ribu, ia mulai berjualan keliling. Masuk gang keluar gang menjajakan kebutuhan pokok. Ia melakukannya selepas kerja. Jerih payahnya tak sia-sia. Kehidupan ini begitu adil. Siapa yang menenggelamkan diri dalam kerja, ia akan menemukan mutiaranya.
Tri Sumono menangguk keuntungan dari kerja keras, keuletan, dan kejujurannya. Berjualan keliling -- yang bagi sebagian orang dianggap tidak bergengsi -- justru mampu mengangkat nasibnya menjadi lebih baik. Modal semakin terkumpul. Peluang besar lainnya semakin memungkinkan diraih. Dan akhirnya ia berkesempatan mengambil space di Mall Graha, Cijantung. Sebuah prestasi luar biasa! Prestasi mengubah nasib dari kuli bangunan dan prestasi memukau dari seorang karyawan menjadi entepreneur.
Dari titik ini usaha terus mencuat tinggi. Lini usahanya terus melebar mulai dari jasa penyediaan ATK, toko sembako, peternakan, produksi kopi jahe, pertanian, hingga jual beli properti.
Praktek merupakan kunci seorang entepreneur. Adakalanya para sarjana pandai membangun ide-ide bisnis nan megah.Tapi yang mewah bukan ide terebut. Eksekusi-lah yang paling mahal dari itu semua.
Tri memulai entrepreneurshipnya dengan berjualan keliling di sekitar rumah kontrakannya. Berjualan sembako keliling bukanlah ide besar di dunia bisnis. Hampir berupa ide biasa. Semua orang-pun bisa melakukannya.
Lalu apa rahasia di balik ilmu "jualan" tersebut? Ada beberapa hal dibangun ketika seseorang mulai belajar berjualan.
Ilmu #1: Mental Entrepreneur. Berjualan adalah salah satu paling ampuh membangkitkan potensi entrepreneurship. Acapkali kita tidak mengetahui kemampuan entrepreneurship dalam diri kita. Kita hanya mengetahuinya hanya bila benar-benar terjun, lalu menenggelamkan diri di dunia entrepreneurship.
Lambat laun jiwa entrepreneurship itu semakin membesar. Oleh karenanya kita sering menemukan orang-orang yang tadinya hanya berjualan di jalan mampu memiliki usaha besar.
Seperti Tri Sumono, berawal dari jualan keliling, kompetensi entrepreneurshipnya terus mengembang sehingga mampu membuka lini usaha lainnya.
Ilmu #2: Peluang. Seringkali saya mendengar orang berkata, "Pengen usaha sendiri, tapi usaha apa ya?"
Inilah yang kita sebut dengan kendala resourcefulness. Ingin buka usaha saja tidak ide. Berbeda apabila Anda sudah mengenal medan bisnis, atau usaha jualan seperti yang dilakukan Tri Sumono. Anda akan mengetahui begitu banyak peluang. Mengapa? Dalam dunia bisnis terdapat apa ang dinamakan rantai bisnis. Rantai bisnis itu berisi berbagai peluang usaha.
Untungnya kita selalu diberi kesempatan agar dapat mengubah nasib menjadi lebih baik. Perubahan itu, jika memang kita menginginkannya, senantiasa membuka pintu-pintunya. Setiap orang sudah memiliki kuncinya. Dan kuncinya adalah diri kita sendiri.
Kehendak kita-lah yang dapat mengubah nasib buruk menjadi lebih baik. Kehendak dan kemauan kuat itu sama pentingnya dengan kesuksesan yang kita impikan.
DARI KULI BANGUNAN HINGGA BISNIS PROPERTI
Seperti kisah Tri Sumono, anak seorang petani nun jauh di pedalaman kampung di Gunung Kidul. Berangkat dengan tekad bulat untuk sukses, ia melakoni kehidupan miris di Jakarta. Berawal sebagai kuli bangunan, ia menapaki setiap jalan terjal dengan segenap keuletan. Api semangat itu tidak pernah padam. Menggejeloki hatinya selalu. Ia tak mau kembali ke kampung halaman sebelum memagut kesuksesan di tangannya. Sebuah prinsip yang menancapkan tekad untuk bekerja keras.
Nasib-pun terus mengalun. Tri Sumono mendapat tawaran sebagai tukang sapu di Toko Gramedia. Ia pun langsung menyabet kesempatan itu. Pikirnya, pekerjaan tukang sapu tak sekeras kuli bangunan.
Tak lama setelah itu, ia diangkat menjadi office boy. Posisi yang lebih bermartabat dari sekedar tukang sapu. Ia begitu rikat dan cekatan. Pekerjaannya selalu lebih cepat daripada dugaan orang. Berkat kinerjanya yang baik, iapun diangkat di bagian marketing.
Kisahnya berhenti sampai di sini seandainya ia tidak pernah mencoba mencari penghasilan tambahan. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi, ia dan istrinya mencoba peruntungan lain.
Hanya dengan 100 ribu, ia mulai berjualan keliling. Masuk gang keluar gang menjajakan kebutuhan pokok. Ia melakukannya selepas kerja. Jerih payahnya tak sia-sia. Kehidupan ini begitu adil. Siapa yang menenggelamkan diri dalam kerja, ia akan menemukan mutiaranya.
Tri Sumono menangguk keuntungan dari kerja keras, keuletan, dan kejujurannya. Berjualan keliling -- yang bagi sebagian orang dianggap tidak bergengsi -- justru mampu mengangkat nasibnya menjadi lebih baik. Modal semakin terkumpul. Peluang besar lainnya semakin memungkinkan diraih. Dan akhirnya ia berkesempatan mengambil space di Mall Graha, Cijantung. Sebuah prestasi luar biasa! Prestasi mengubah nasib dari kuli bangunan dan prestasi memukau dari seorang karyawan menjadi entepreneur.
Dari titik ini usaha terus mencuat tinggi. Lini usahanya terus melebar mulai dari jasa penyediaan ATK, toko sembako, peternakan, produksi kopi jahe, pertanian, hingga jual beli properti.
MENGUBAH NASIB DENGAN MENGAKTIFKAN INSTING BISNIS
Terkadang kita terkesima mengapa lulusan SMP atau SMA lebih sukses daripada kebanyakan sarjana? Kisah Tri Sumono lagi-lagi adalah kepingan kisah sukses yang memberitahukan bahwa tingkat pendidikan bukanlah halangan. Yang terpenting adalah asupan ilmu pengetahuan dan kemauan mempraktekan.Praktek merupakan kunci seorang entepreneur. Adakalanya para sarjana pandai membangun ide-ide bisnis nan megah.Tapi yang mewah bukan ide terebut. Eksekusi-lah yang paling mahal dari itu semua.
Tri memulai entrepreneurshipnya dengan berjualan keliling di sekitar rumah kontrakannya. Berjualan sembako keliling bukanlah ide besar di dunia bisnis. Hampir berupa ide biasa. Semua orang-pun bisa melakukannya.
Lalu apa rahasia di balik ilmu "jualan" tersebut? Ada beberapa hal dibangun ketika seseorang mulai belajar berjualan.
Ilmu #1: Mental Entrepreneur. Berjualan adalah salah satu paling ampuh membangkitkan potensi entrepreneurship. Acapkali kita tidak mengetahui kemampuan entrepreneurship dalam diri kita. Kita hanya mengetahuinya hanya bila benar-benar terjun, lalu menenggelamkan diri di dunia entrepreneurship.
Lambat laun jiwa entrepreneurship itu semakin membesar. Oleh karenanya kita sering menemukan orang-orang yang tadinya hanya berjualan di jalan mampu memiliki usaha besar.
Seperti Tri Sumono, berawal dari jualan keliling, kompetensi entrepreneurshipnya terus mengembang sehingga mampu membuka lini usaha lainnya.
Ilmu #2: Peluang. Seringkali saya mendengar orang berkata, "Pengen usaha sendiri, tapi usaha apa ya?"
Inilah yang kita sebut dengan kendala resourcefulness. Ingin buka usaha saja tidak ide. Berbeda apabila Anda sudah mengenal medan bisnis, atau usaha jualan seperti yang dilakukan Tri Sumono. Anda akan mengetahui begitu banyak peluang. Mengapa? Dalam dunia bisnis terdapat apa ang dinamakan rantai bisnis. Rantai bisnis itu berisi berbagai peluang usaha.