Thursday, 4 September 2014

Wanita Sukses Karir dan Keluarga


Wanita Sukses Karir dan Keluarga: Sebuah Kompromi


Kehidupan ini agaknya selalu mempercepat ritmenya. Persediaan waktu terasa semakin berkurang. Dalam ritual berangkat pagi pulang petang, para pekerja diseret-seret waktu. Bukan hanya membuang waktu di tempat kerja, para pekerja menyadari bahwa waktu mereka tercecer di jalan. Kemacetan mungkin salah satu biang keladinya.

Menambah pundi-pundi kekayaan akan menjadi sebuah dilema. Ya, sebuah dilema. Terutama apabila di rumah ada tanggung jawab yang tidak mungkin ditinggalkan. Anak-anak membutuhkan limpahan kasih sayang. Mereka membutuhkan perhatian. Dan tentunya, sebuah suasana rumah yang dinaungi ketentraman.

Kelahiran putra atau putri bukannya sebagai pelengkap kebahagiaan. Bagi sebagian orang bisa jadi merupakan tambahan beban. Terlebih lagi apabila sang Ibunda berada dalam posisi pencari nafkah utama. Apa yang perlu dilakukan?

Mengambil keputusan ketika berdiri di atas dilema memang tidaklah mudah. Tetapi keputusan itu memang harus diambil. Maka di sini kita membutuhkan keberanian.

Pertama adalah keberanian untuk memutuskan. Kedua, keberanian menanggung setiap resiko sebagai efek dari keputusan yang kita ambil.

Menjadi wanita sukses di karir adalah sebuah keputusan. Menjadi wanita sukses di keluarga adalah sebuah keputusan. Begitu juga, menjadi wanita sukses karir dan keluarga juga merupakan sebuah keputusan. Namun masing-masing keputusan itu memberikan efek tertentu yang disebut resiko.


WANITA SUKSES KARIR DAN KELUARGA? BACA STATISTIK INI

Sebuah statistik yang dirilis di Amerika Serikat membeberkan fakta mengejutkan. Anak-anak atau orang-orang yang "bermasalah" berkaitan erat dengan latar belakang keluarga. Mereka kehilangan sosok Ayah atau Ibu. 

Anak-Anak Tanpa Pengasuhan Ibu:
  1. Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dari Ibunya tumbuh dengan masalah kepercayaan diri yang rendah. 
  2. Alam bawah sadar anak berkata, 'Ibuku tidak memperhatikanku, aku tidak cukup berharga untuk dicintai."
  3. Mereka hidup dengan dikelilingi rasa takut ketika membangun hubungan dengan orang lain: guru, teman, dan atau pengasuhnya. 
  4. Mereka meyakini bahwa ketika mulai membangun sebuah hubungan, mereka akan ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai. 
  5. Mereka hidup dengan perasaan bersalah. (Mungkin karena melakukan suatu kesalahan maka Ibu-nya tidak begitu memperdulikan dirinya).
  6. Mereka diliputi kesedihan ketika orang lain membicarakan keluarga, terutama ibu mereka. 
Begitu pula anak-anak yang kehilangan sosok Ayah. Bagaimana angka-angka ini berbicara.
  1. 71% putus sekolah.
  2. 63% melakukan bunuh diri di usia remaja
  3. 90% menjadi anak jalanan.
  4. 85% mengalami gangguan behavior disorder, misalnya bipolar disorder, major depression, Obsesive Compulsive Disorder, dan Borderline Personality Disorder 
Lalu bagaimana mengkompromikan antara tuntutan materi dan pemenuhan kasih sayang? Jawabannya tidak mudah. Apalagi untuk menjalaninya. Namun bagaimanapun kita harus berani merancang sebuah masa depan yang gemilang. 

Ada beberapa pilihan penting yang dapat kita ambil.
  • Suami Istri sebagai tim.
  • Mengundurkan Diri dan Membesarkan Suami.
  • Membangun Solusi Kerja Fleksibel. 
  • Mindset.
Pilihan #1: Suami Istri Sebagai Tim. Alih-alih saling menuntut, belajarlah untuk membangun semangat kebersamaan. Anda dan pasangan adalah dua kekuatan yang dapat menembus garis nasib. Bisa pula sebagai jalan menuju keruntuhan. Tergantung bagaimana Anda menyikapinya. 

Sikap saling menuntut sama sekali tidak membawa kebaikan. Justru lebih banyak membuang energi. 

Pilihan #2: Mengundurkan Diri dan Membesarkan Karir Suami. Salah satu keputusan yang berat adalah berani mengundurkan diri disertai keyakinan bahwa karir suami akan maju. Anda berani meninggalkan gaji 4 juta agar suami memiliki penghasilan 40 juta. 

Apa yang diperlukan adalah kedewasaan. Jadilah wanita yang membangkitkan semangat suami, menentramkan hatinya, dan meyakinkan bahwa ia memiliki pendamping hidup yang pengertian. 

Sebuah survei mengungkapkan laki-laki yang berbahagia memiliki gaji yang lebih tinggi.  Jadi jika Anda bisa membahagiakan suami, ia akan menjadi lebih produktif. Kinerjanya lebih meningkat, secara signifikan. 

Pilihan #3: Membangun Solusi Dengan Kerja Fleksibel. Terbukanya era digital sebenarnya memberikan ruang luas untuk kita berkarya, tanpa harus terikat waktu dan tempat yang ketat. Anda bisa menukuni profesi-profesi seperti blogger, penulis, atau penjual online. 

Pilihan #4: Mindset. Jangan lupa memperhatika mindset Anda. Apakah selama ini mindset Anda mendukung kesuksesan, ataukah justru membuat Anda meyakini bahwa tidak ada jalan lain kecuali bekerja. Pilihlah mindset sukses demi kehidupan yang lebih baik.