Para pecinta film laga Barat pasti mengenal nama ini: Sylvestor Stalone. Kisah hidupnya cukup bertenaga untuk dijadikan inspirasi bagi para pendaki kesuksesan. Sebuah kisah tentang mimpi yang tak pernah selesai.
Ia termasuk orang sukses yang lahir dari keluarga berlatar belakang rumah kemiskinan. Maka kesedihan menyambanginya semenjak kelahirannya: ibunya terpaksa melahirkan di bawah sebuah tangga sekolah. Kelahiran yang memilukan itu sama sekali tidak berjalan lancar. Lagi-lagi, sebuah musibah menimpa bayi yang baru dilahirkan itu. Bayi itu menderita kelainan syaraf wajahnya karena kelahiran yang tak lancar. Pipinya terlihat aneh dan bibir bawahnya selalu terlihat tertarik ke bawah. Ia gagap. Menjadi bahan ejekan.
Remaja yang disekolahkan di sekolah anak-anak berkebutuhan khusus ini memendam sebuah cita-cita, ingin menjadi aktor. Ia mendatangi agen-agen film. Namun karena bicaranya yang masih terkesan gagap, tak tanggung-tanggung ia mengalami penolakan sebanyak 1500 kali. Tapi semangatnya tidak pernah lumpuh.
Ia terus berusaha. Pernah menunggu hingga semalaman seperti seorang Cina yang ingin diterima perguruan kung fu, menanti sang guru menerimanya sebagai murid. Akhirnya ia diberi kesempatan. Ah, ternyata rupanya nasib tak juga membaik.
Kehidupan sulit dijalaninya. Ia bahkan menjual perhiasan sang istri. Bahkan ia sampai menjual anjing kesayangannya. Sampai suatu ketika ia tidak bisa membeli sesuatu untuk dimakan. Iapun menangis. Pilu. Kepiluan yang meresap karena kemiskinan.
Tapi nasib selalu berpihak kepada mereka yang pantang menyerah. Suatu hari ia menonton pertandingan tinju, Muhamad Ali vs Webner. Hanya 3 ronde sang penantang Ali pasti roboh. Begitu prediksi orang-orang.
Namun Webner memiliki daya juang yang kuat. Ia mampu meladeni hingga 15 ronde. Inilah inspirasi itu. Sylvestor Stalone menulis sebuah naskah film dalam balutan vitalitas dan inspirasi Ali vs Webner.
Produser film menawar 20.000 dolar. Ia menolaknya. Ia ingin menjadi pemain di dalam film itu. Produser terus menawar hingga angka 350.000 dolar. Ia tetap menolak.
Film yang berjudul Rocky itu rupanya gerbang sukses bagi seorang Sylvestor. Film itu meledak dan menghasilkan 200.000.000 dolar. Luar biasa.
Serial Rocky adalah serial kesuksesannya. Disusul dengan Rambo yang menjadikannya bintang film internasional mahal. Kisahnya adalah tentang mimpi yang tak pernah selesai. Tentang kegigihan yang tak terpatahkan. Dan kesetiaan pada impian.
Ia mungkin masih berkutat dengan kemiskinan seandainya menjual naskah itu seharga 350.000 dolar. Tetapi ia tetap gigih menggapai keinginannya meski usianya sudah beranjak 30 tahun kala itu.
Ia termasuk orang sukses yang lahir dari keluarga berlatar belakang rumah kemiskinan. Maka kesedihan menyambanginya semenjak kelahirannya: ibunya terpaksa melahirkan di bawah sebuah tangga sekolah. Kelahiran yang memilukan itu sama sekali tidak berjalan lancar. Lagi-lagi, sebuah musibah menimpa bayi yang baru dilahirkan itu. Bayi itu menderita kelainan syaraf wajahnya karena kelahiran yang tak lancar. Pipinya terlihat aneh dan bibir bawahnya selalu terlihat tertarik ke bawah. Ia gagap. Menjadi bahan ejekan.
Remaja yang disekolahkan di sekolah anak-anak berkebutuhan khusus ini memendam sebuah cita-cita, ingin menjadi aktor. Ia mendatangi agen-agen film. Namun karena bicaranya yang masih terkesan gagap, tak tanggung-tanggung ia mengalami penolakan sebanyak 1500 kali. Tapi semangatnya tidak pernah lumpuh.
Ia terus berusaha. Pernah menunggu hingga semalaman seperti seorang Cina yang ingin diterima perguruan kung fu, menanti sang guru menerimanya sebagai murid. Akhirnya ia diberi kesempatan. Ah, ternyata rupanya nasib tak juga membaik.
Kehidupan sulit dijalaninya. Ia bahkan menjual perhiasan sang istri. Bahkan ia sampai menjual anjing kesayangannya. Sampai suatu ketika ia tidak bisa membeli sesuatu untuk dimakan. Iapun menangis. Pilu. Kepiluan yang meresap karena kemiskinan.
Tapi nasib selalu berpihak kepada mereka yang pantang menyerah. Suatu hari ia menonton pertandingan tinju, Muhamad Ali vs Webner. Hanya 3 ronde sang penantang Ali pasti roboh. Begitu prediksi orang-orang.
Namun Webner memiliki daya juang yang kuat. Ia mampu meladeni hingga 15 ronde. Inilah inspirasi itu. Sylvestor Stalone menulis sebuah naskah film dalam balutan vitalitas dan inspirasi Ali vs Webner.
Produser film menawar 20.000 dolar. Ia menolaknya. Ia ingin menjadi pemain di dalam film itu. Produser terus menawar hingga angka 350.000 dolar. Ia tetap menolak.
Film yang berjudul Rocky itu rupanya gerbang sukses bagi seorang Sylvestor. Film itu meledak dan menghasilkan 200.000.000 dolar. Luar biasa.
Serial Rocky adalah serial kesuksesannya. Disusul dengan Rambo yang menjadikannya bintang film internasional mahal. Kisahnya adalah tentang mimpi yang tak pernah selesai. Tentang kegigihan yang tak terpatahkan. Dan kesetiaan pada impian.
Ia mungkin masih berkutat dengan kemiskinan seandainya menjual naskah itu seharga 350.000 dolar. Tetapi ia tetap gigih menggapai keinginannya meski usianya sudah beranjak 30 tahun kala itu.